MAKALAH KASUS GIZI

| Sabtu, 29 November 2014
BAB I
PENDAHULUAN

I.1    LATAR BELAKANG
Masalah gizi pada hakikatnya adalah masalah kesehatan masyarakat, namun penanggulangannya tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan pelayanan kesehatan saja. Penyebab timbulnya masalah gizi adalah multifaktor, oleh karena itu pendekatan penanggulangannya harus melibatkan berbagai sektor yang terkait.
Masalah gizi, meskipun sering berkaitan dengan masalah kekurangan pangan, pemecahannya tidak selalu berupa peningkatan produksi dan pengadaan pangan. Pada kasus tertentu, seperti dalam keadaan krisis (bencana kekeringan, perang, kekacauan sosial, krisis ekonomi), masalah gizi muncul akibat masalah ketahanan pangan di tingkat rumah tangga, yaitu kemampuan rumah tangga memperoleh makanan untuk semua anggotanya. Menyadari hal itu, peningkatan status gizi masyarakat memerlukan kebijakan yang menjamin setiap anggota masyarakat untuk memperoleh makanan yang cukup jumlah dan mutunya. Dalam konteks itu masalah gizi tidak lagi semata-mata masalah kesehatan tetapi juga masalah kemiskinan, pemerataan, dan masalah kesempatan kerja.
Masalah gizi di Indonesia dan di negara berkembang pada umumnya masih didominasi oleh masalah Kurang Energi Protein (KEP), masalah Anemia Besi, masalah Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY), masalah Kurang Vitamin A (KVA) dan masalah obesitas terutama di kota-kota besar. Pada Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi tahun 1993, telah terungkap bahwa Indonesia mengalami masalah gizi yang artinya sementara masalah gizi kurang belum dapat diatasi secara menyeluruh, udah muncul masalah baru, yaitu berupa gizi lebih.
Disamping masalah tersebut di atas, diduga ada masalah gizi mikro lainnya sepeni defisiensi Zink yang sampai saat ini belum terungkapkan, karena adanya keterbatasan Iptek Gizi. Secara umum masalah gizi di Indonesia, terutama KEP, masih lebih tinggi daripada negara ASEAN lainnya.
Pada tahun 1995 sekitar 35,4% anak balita di Indo­nesia menderita KEP (persen median berat menurut umur <80%). Pada tahun 1997, berdasarkan pemantauan status gizi (PSG) yang dilakukan oleh Direktorat Bina Gizi Masyarakat, prevalensi KEP ini turun menjadi 23,1%. Keadaan itu tidak dapat bertahan yaitu pada saat Indonesia mengalami krisis moneter yang berakibat pada krisis ekonomi yang berkepanjangan. Pada tahun 1998, prevalensi KEP meningkat kembali menjadi 39,8%. Demikan pula masalah KVA yang diperkirakan akan meningkat karena masa krisis ekonomi yang berkepanjangan.

I.2    RUMUSAN MASALAH
      1.2.1 Apa saja masalah gizi pada masyarakat ?
      1.2.2 Bagaimana penilaian status gizi ?

I.3    TUJUAN
         1.3.1 Mendeskripsikan masalah gizi pada masyarakat.
         1.3.2 Mendeskripsikan cara mengatasi masalah gizi pada masyarakat.

BAB II
PEMBAHASAN

II.1   Masalah gizi pada masyarakat
Menurut I Dewa Nyoman Supariasa (2002:2) bahwa masalah gizi adalah suatu penyakit yang timbul karena tidak seimbangnya berbagai faktor, baik dari sumber penyakit (agens), pejamu (host) dan lingkungan (environment). Hal itu juga disebut dengan istilah penyebab majemuk (multiple causation of diseases) sebagai lawan dari penyebab tunggal (single caucation). Beberapa contoh mengenai agens, pejamu, dan lingkungan akan diuraikan dibawah ini.

I.1.1       Sumber Penyakit (Agens)
Faktor sumber penyakit dapat dibagi menjadi delapan unsure, yaitu unsure gizi, kimia dari luar, kimia dari dalam, faktor fiaali/fisiologis, genetic, psikis, tenaga dan kekuatan fisik, dan biologi/parasit.
1. Gizi
Unsur gizi sering diakibatkan oleh defisiensi zat gizi dan beberapa toksin yang dihasilkan oleh beberapa bahan makanan, disamping akibat kelebihan zat gizi. Pada tabel dibawah ini beberapa penyakit yang diakibatkan oleh kekurangan dan kelebihan zat gizi tertentu :
No
Penyakit
Penyebab
1.
2.

3.
4.
5.
Kurang energi protein (KEP)
Anemia gizi

Skorbut (Sariawan)
Gondok
Kanker hati
-    Kekurangan energi dan protein
-    Kekurangan protein, vitamin C, asam folat, vitamin B12, zat besi (Fe)
-    Kekurangan vitamin C
-    Kekurangan yodium
-    Toksin yang ada dalam makanan seperti aflatoksin pada kacang-kacangan, dan sebagainya

2. Kimia dari luar
Penyakit dapat muncul karena zat kimia dari luar seperti obat-obatan, bahan kimia yang terdapat dalam bahan makanan, penambahan zat aditif dalam makanan yang berlebihan.
3. Kimia dari dalam
Agens yang berasal dari kimia dari dalam yang dihubungkan dengan metabolisme dalam tubuh seperti system hormonal (hormone tiroksin), kelebihan lemak, dan sebagainya.
4. Faktor faali
Faktor faali dalam kondisi tertentu, seperti pada saat kehamilan, eklamsia pada waktu melahirkan dengan tanda-tanda bengkak atau kejang.
5. Genetis
Beberapa penyakit yang disebabkan karena faktor genetis seperti diabetes mellitus, (kencing manis), kepala besar terdapat pada orang mongolid, buta warna, hemofili dan albino.

6.  Faktor psikis
Faktor psikis yang menimbulkan penyakit adalah tekanan darah tinggi dan tukak lambung yang disebabkan oleh perasaan tegang (stress)
7. Tenaga dan kekuatan fisik
Sinar matahari, sinar radioaktif, dan lain-lain merupakan faktor tenaga dan kekuatan fisik yang dapat menimbulkan penyakit.
8. Faktor biologis dan parasit
Faktor biologis dan parasit (metazoa, bakteri, jamur) dapat menyebabkan penyakit gizi atau infeksi.

I.1.2       Pejamu (host)
Faktor-faktor pejamu yang mempengaruhi kondisi manusia hingga menimbulkan penyakit, terdiri atas faktor genetis, umur, jenis kelamin, kelompok etnik, fisiologis, imunologik, kebiasaan seseorang (kebersihan, makanan, kontak perorangan, pekerjaan, rekreasi, pemanfaatan pelayanan kesehatan). Faktor pejamu yang cukup berpengaruh dalam timbulnya penyakit, khususnya dinegara yang sedang berkembang adalah kebiasaan buruk, seperti membuang sampah dan kotoran tidak pada tempatnya, tabu, cara penyimpanan makanan yang kurang baik, higenie rumah tangga (jendela atau ventilasi, pekarangan) yang kurang mendapat perhatian.


I.1.3       Lingkungan (environtment)
Faktor lingkungan dapat dibagi dalam 3 unsur utama, yaitu
1. lingkungan fisik, seperti cuaca atau iklim, tanah,dan air.
2. lingkungan biologis :
a. Kependudukan : kepadatan penduduk.
b. Tumbuh-tumbuhan : sumber makan yang dapat mempengaruhi sumber
penyakit.
c. Hewan : sumber makanan, juga dapat sebagai tempat munculnya sumber penyakit.
3. lingkungan sosial ekonomi :
a. pekerjaan : yang berhubungan dengan bahan-bahan kimia.
b. urbanisasi : kepadatan penduduk, adanya ketegangan dan tekanan social.
c. perkembangan ekonomi : usaha koperasi dibidang kesehatan dan
pendidikan. Golongan ekonomi yang rendah lebih banyak menderita gizi
kurang disbanding dengan golongan ekonomi menengah ke atas. Sebaliknya, pada golongan yang terakhir insidensi penyakit kardiovaskuler cenderung meningkat.
d. bencana alam : peperangan, banjir, gunung meletus, dan sebaginya.

II.2.  Penilaian Status Gizi
Menurut Idrus dan Gatot Kunanto (1990:19) bahwa ada beberapa istilah yang berhubungan dengan status gizi. Istilah-istilah tersebut akan diuraikan sebagai berikut :
Gizi (Nutrition)
Gizi adalah suatu proses organism menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolism, dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi.
Keadaan Gizi
Keadaan akibat dari keseimbangan antara konsumsi dan penyerapan zat gizi dan penggunaan zat-zat gizi tersebut, atau keadaan fisiologik akibat dari tersedianya zat gizi dalam seluler tubuh.
Status Gizi (Nutrition status)
Ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variable tertentu, atau perwujudan darinutriture dalam bentuk variable tertentu. Contoh : gondok endemic merupakan keadaan tidak seimbangnya pemasukan dan pengeluaran yodium dalam tubuh.
Malnutrition (gizi salah, Malnutrisi)
Keadaan patologis akibat kekurangan atau kelebihan secara relative maupun absolute satu atau lebih zat gizi.
Ada 4 bentuk malnutrisi yaitu sebagai berikut :
1. Under nutrition yaitu kekurangan konsumsi pangan secara relative atau absolute
untuk periode tertentu.
2. Specific Defisienci yaitu kekurangan zat  gizi tertentu, misalnya kekurangan
vitamia A, yodium, Fe, dan lain-lain.
3. Over Nutrition yaitu kelebihan konsumsi pangan untuk periode tertentu.
4. Imbalance yaitu karena disproporsi zat gizi, misalnya kolesterol terjadi karena tidak seimbangnya LDL (Low Density Lipoprotein), HDL (High Density Lipoprotein) dan VLDL (Very Low Density Lipoprotein).
Kurang Energi Protein (KEP)
Kurang energi protein (KEP) adalah seseorang yang kurang gizi yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanansehari-hari dan atau gangguan penyakit tertentu. Anak disebut KEP apabila berat badannya kurang dari 80% indeks berat badan menurut umur (BB/U) baku WHO-NCHS. Kep merupakan difisiensi gizi (energi dan protein) yang peling berat dan meluas terutama pada balita. Pada umumnya penderita KEP berasal dari keluarga yang berpenghasilan rendah.

II.2.1     Penilaian Status Gizi Secara Langsung
            Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi 4 penilaian yaitu antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik. Masing-masing penilaian tersebut akan dibahas secara umum sebagai berikut :
1. Antropometri
Secara umum antropomerti artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Antropometri secara umum digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan energi. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh.
2. Klinis
Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel (supervicial epithelial tissues) seperti kulit, mata, rambut dan mukosa oral atau pada organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid. Penggunaan metode ini umumnya untuk survey klinis secara cepat (rapid clinical surveys). Survey ini dirancang untuk mendeteksi secara cepat tanda-tanda klinis umum dari kekurangan salah satu atau lebih zat gizi. Disamping itu digunakan untuk mengetahui tingkat status gizi seseorang dengan melakukan pemeriksaan fisik yaitu tanda (sign) dan gejala (symptom) atau riwayat penyakit.
3. Biokimia
Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan specimen yang diuji secara laboratories yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan antara lain : darah, urine, tinja, dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot. Metode ini digunakan untuk suatu peringatan bahwa kemungkinan akan terjadi malnutrisi yang lebih parah lagi. Banyak gejala klinis yang kurang spesifik, maka penentuan kimia faali dapat lebih banyak menolong untuk menentukan kekurangan gizi yang spesifik.
4. Biofisik
Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat perubahan struktur dari jaringan. Umumnya dapat digunakan dalam situasi tertentu seperti kejadian buta senja epidemic (epidemic of night blindness). Cara yang digunakan adalah tes adaptasi gelap.

II.2.2     Penilaian Status Gizi Secara Tidak Langsung
            Penilaian status gizi secara tidak langsung dapat dibagi 3 yaitu survey konsumsi makanan, statistic vital dan faktor ekologi. Pengertian dan penggunaan metode akan diuraikan sebagai berikut :
1. Survey Konsumsi Makanan
Survey konsumsi makanan adalah netode penentuan status gizi secara tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi. Pengumpulan data konsumsi makanan dapat memberikan gambaran tentang konsumsi berbagai zat gizi pada masyarakat, keluarga, dan individu. Survey ini dapat mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan zat gizi.
2. Statistik Vital
Pengukuran status gizi dengan statistic vital adalah dengan menganalisis data beberapa statistic kesehatan seperti angka kematian berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian akibat penyebab tertentu dan data lainnyayang berhubungan dengan gizi. Penggunaannya dipertimbangkan sebagai bagian dari indicator tidak langsung pengukuran status gizi masyarakat.
3. Faktor Ekologi
Bengoa mengungkapkan bahwa malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil interaksi beberapa faktor fisik, biologis, dan lingkungan budaya. Jumlah makanan yang tersedia sangat tergantung dari keadaan ekologi seperti iklim, tanah, irigasi dan lain-lain. Pengukuran faktor ekologi dipandang sangat penting untuk mengetahui penyebab malnutrisi disuatu masyarakat sebagai dasar untuk melakukan program intervensi gizi.

II.3      Deskripsi Analisis
Masalah gizi pada umumnya adalah masalah kesehatan masyarakat, dan penyebabnya dipengaruhi oleh macam-macam  factor. Gizi kurang muncul karena masalah pokok  antara lain kemiskinan, dan kurangnya pendidikan. Munculnya permasalahan gizi dapat dilihat dari tidak seimbangnya antara pejamu, sumber penyakit, dan lingkungan.
Status gizi adalah perwujudan dari keadaan tubuh yang dipengaruhi oleh zat-zat gizi tertentu. Pada dasarnya penilaian status gizi dapat dibagi menjadi dua, yaitu penilaian secara langsung dan secaratidak langsung.

0 komentar:

Posting Komentar

Next Prev
▲Top▲